Kanker anus menjadi topik yang sering terabaikan karena angka kejadiannya relatif kecil.
Dilansir ScienceAlert, rendahnya perhatian terhadap kanker anus bukan hanya karena angka kejadian yang relatif kecil, tetapi juga karena rasa malu yang sering dirasakan oleh penderita.
Kanker anus terjadi pada sel-sel yang melapisi anus, bagian terakhir dari saluran pencernaan.
Banyak orang merasa canggung membicarakan bagian tubuh ini, sehingga gejala-gejalanya sering kali diabaikan.
Penyebab kanker anus: HPV sebagai faktor utama
Penyebab utama kanker anus adalah infeksi virus human papillomavirus (HPV). Menurut penelitian, 9 dari 10 kasus kanker anus disebabkan oleh HPV, yang merupakan infeksi menular seksual.
HPV sangat umum, dengan lebih dari 80 persen orang yang pernah aktif secara seksual kemungkinan terinfeksi suatu jenis HPV (dari lebih dari 150 jenis yang ada).
Meskipun sebagian besar jenis HPV tidak menimbulkan masalah, beberapa jenis, terutama HPV16, berisiko lebih tinggi menyebabkan kanker.
Infeksi HPV yang menetap dapat menyebabkan perubahan pada lapisan anus, yang seiring waktu bisa berkembang menjadi kanker.
Hal ini bisa terjadi meskipun seseorang tidak melakukan hubungan seks anal.
Vaksinasi terhadap HPV terbukti sangat efektif dalam mengurangi risiko kanker terkait infeksi HPV, seperti kanker anus dan serviks.
Meskipun terlalu dini untuk melihat dampak pada angka kanker, vaksinasi diharapkan dapat menurunkan angka kanker di masa depan.
Faktor risiko kanker anus
Selain infeksi HPV, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker anus, antara lain:
-Usia lebih tua
-Riwayat merokok
-Sistem kekebalan tubuh yang lemah (misalnya akibat pengobatan atau HIV)
-Aktivitas seksual, terutama hubungan seks anal atau memiliki banyak pasangan seksual
-Riwayat kanker serviks, vulva, atau vagina
Gejala kanker anus yang harus diwaspadai
Kanker anus sering kali tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Pada beberapa kasus, kanker ini dapat ditemukan secara tidak sengaja saat seseorang menjalani pemeriksaan rutin seperti kolonoskopi.
Namun, gejala-gejala berikut perlu diwaspadai, terutama jika muncul secara tiba-tiba atau semakin memburuk:
-Perdarahan dari anus (misalnya darah di tisu toilet)
-Benjolan baru di anus
-Rasa tidak nyaman atau gatal yang persisten di area anus
-Kesulitan atau rasa tidak lengkap saat buang air besar
Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, terutama jika gejala baru muncul atau semakin parah, segera konsultasikan dengan dokter.
Meskipun gejala-gejala ini bisa mirip dengan kondisi lain, seperti ambeien, pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter sangat penting untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
Pentingnya deteksi dini: peluang sembuh lebih tinggi
Peluang kesembuhan sangat bergantung pada tahap kanker saat didiagnosis. Jika kanker anus terdeteksi pada tahap awal, sekitar 90 persen penderita dapat bertahan hidup 5 tahun atau lebih.
Namun, angka ini menurun drastis menjadi hanya 60 persen jika kanker sudah memasuki stadium 3.
Pemeriksaan kanker anus bisa sesederhana pemeriksaan fisik atau pemeriksaan anus dengan alat sederhana.
Dalam beberapa kasus, pemeriksaan lebih lanjut seperti anoskopi (memeriksa bagian dalam anus dengan tabung kecil) atau pemindaian khusus mungkin diperlukan.
Kanker usus bisa menyebabkan gejala serupa
Perlu diingat bahwa gejala-gejala yang mirip dengan kanker anus juga bisa menjadi tanda-tanda kanker usus. Oleh karena itu, sangat penting untuk tidak mengabaikan gejala-gejala ini, apapun bentuknya.









